Selasa, 21 April 2015

Kerinduan

Aku ingin satu ruang kosong ini untuk mu...
ruang kosong yang telah lama tak berpenghuni...
dulu sekali, satu hati pernah mengukir dindingnya dengan keindahan asa dalam rasa...
menebarkan keharuman aroma dan lenguh keindahan hingga tercium sampai ke semua ruang hati dengan aroma penuh cinta....
tapi itu dulu sekali...hingga ak lupa bahwa seseorang pernah hadir disini...
kini ruang itu sunyi dalam kekosongan...
ada satu rasa yang menghamba seakan menunggu dalam pilu dan ak biarkan diri ku bermain di beranda kesunyian...
terkadang sepi ini begitu kuat mencengkram jiwa ku, hingga seluruh tubuh ini serasa menggigil kesakitan....
ak ingin teriak, ak ingin menangis...
tapi seluruh dada ku hanyalah di penuhi rasa sesak...sesak yang semakin sesak...
hingga sulit untuk mengeluarkan walau satu sengalan nafas...
bayangan kelam, menyakitkan
adalah mimpi buruk yang tak pernah lekang menikam kalbu di setiap mimpi ku....
ak tak berdaya dicabik-cabik mimpi hitam dalam kelam hingga ak kehilangan wujud ku, berjalan tanpa arah tujuan
tanpa rasa...
mengalir dalam deras arus waktu...
mengambang tenggelam
sepertinya ak telah mengalami hidup dan mati secara bersamaan...
kemarin, tangan Sang Pemilik ku
seakan mengentaskan ku...
mempertemukan ak dengan mu...
yang ku kenal hanya lewat barisan aksara dan angka....
mula-mula biasa saja.... perlahan mulai bermain di ruang hati ku...
duduk bertahta di singgasananya...
singgasana hati yang telah ditinggal pemiliknya....
singgasana yang sempat tak ku perdulikan lagi....
kau.... nyalakan temaram lentera cinta ..... hangat kan hati lalu mengusap semua perih luka...
lirih suara mu menggema dalam bathin ku...
menyanyikan kidung.... kidung cinta
wahai engkau yang disana....
tahukah engkau, betapa seluruh sendi jiwa dan raga ku bergetar...
nama mu kini ramai dibicarakan dalam aliran darah ku, dalam sengalan nafas ku
dalam kedipan mata ku, dalam denyut jantung ku....
namamu kini menjadi lambang kehidupan ku...
ceritakanlah wahai mimpi ku..
bagaimana ak akan memperlakukan mu...
ijinkan ak rebah dipangkuan mu malam ini
ijinkan ak damai dipeluk mu
meski hanya satu senggalan nafas saja....



Sabtu, 21 Februari 2015

Ibu

Musim laron tlah tiba,
bergerombol keluar mencari cahaya,
berputar-putar mengelilingin lampu neon kamar,
dibawahnya aku terbaring nanar,
dikasur lusuh ibu, yang dulu mengelusku hingga terlelap.
cecak-cecak berpesta berebut lahap.


ibu,
10.000 ikhlas kau dawamkan,
bebaskan jiwamu dari hutang sang Hyang,
omelan arifmu slalu terngiang,
"kamu belum sukses jika kamu tinggalkan shalat"
aku hanya bisa bersembunyi dikolong ranjang,
sambil menghitung berapa byk duri yg akan ku telan.

Sekarang kau nyenyak di apartement barzah,
sedangkan anakmu masih terkapar,
tak ada yang bisa kujanjikan,
selain kesaksian ; engkau adalah air kasih sayang,
yang tlah membuatku hidup dan sempurna,
pasti akan kubela mati-matian dihadapan-Nya.
hanya surga untukmu,
meski aku harus hancur dineraka jahanam.
Aku ada karna ibu tercipta untukku dalam segalanya.

Berbagi

Sesuatu yang kita lakukan pasti memakai hati dan perasaan,
meskipun kita katakan hanya "sample".

Terberkahi hatimu dgn cinta buat yang selalu ada,
disaat aku tak berdaya..

Jika bukan karena cinta dan untuk cinta,
lantas apa artinya kita menapaki hidup didunia..?

Kau mengasihiku karena ada byk celah2 kekuranganku,
jika aku sempurna, bagaimana mungkin kau bisa mencintaiku dgn sederhana..?

kedua jemari tangan akan saling mengisi,
karena ada celah-celah untuk berbagi..

distulah kesempurnaan hidup kita yg hakiki.
Mencintai dan berbagi..

Selasa, 17 Februari 2015

Puisi-puisi Cinta Rabi’ah al-Adawiyah


(Sufi Perempuan yg mempopulerkan maqom Mahabah):

I
Alangkah sedihnya perasaan dimabuk cinta
Hatinya menggelepar menahan dahaga rindu
Cinta digenggam walau apapun terjadi
Tatkala terputus, ia sambung seperti mula
Lika-liku cinta, terkadang bertemu surga
Menikmati pertemuan indah dan abadi
Tapi tak jarang bertemu neraka
Dalam pertarungan yang tiada berpantai

II
Aku mencintai-Mu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingat-Mu
Cinta karena diri-Mu, adalah keadaan-Mu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
Bagi-Mu pujian untuk semua itu

III
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu
Hingga tak ada satupun yang mengganguku dalam jumpa-Mu
Tuhanku, bintang gemintang berkelip-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu pintu istana pun telah rapat
Tuhanku, demikian malam pun berlalau
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku, Engkau terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalau ku lakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Demi kemanusian-Mu,
Andai Kau usir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu

IV
Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuh-Mu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku

V
Aku mengabdi kepada Tuhan
bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku pada-Nya
Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu
yang abadi padaku

VI
Alangkah buruknya,
Orang yang menyembah Allah
Lantaran mengharap surga
Dan ingin diselamatkan dari api neraka

Seandainya surga dan neraka tak ada
Apakah engkau tidak akan menyembah-Nya?

Aku menyembah Allah
Lantaran mengharap ridha-Nya
Nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya
Sudah cukup menggerakkan hatiku
Untuk menyembah-Mu

VII
Sulit menjelaskan apa hakikat cinta
Ia kerinduan dari gambaran perasaan
Hanya orang
yang merasakan dan mengetahui
Bagaimana mungkin
Engkau dapat menggambarkan
Sesuatu yang engkau sendiri bagai hilang
dari hadapan-Nya, walau ujudmu
Masih ada karena hatimu gembira yang
Membuat lidahmu kelu

VIII
Andai cintaku
Di sisimu sesuai dengan apa
Yang kulihat dalam mimpi
Berarti umurku telah terlewati
Tanpa sedikit pun memberi makna

IX
Tuhan, semua yang aku dengar
di alam raya ini, dari ciptaan-Mu
Kicauan burung, desiran dedaunan
Gemericik air pancuran
Senandung burung tekukur
Sepoian angin, gelegar guruh
Dan kilat yang berkejaran
Kini
Aku pahami sebagai pertanda
Atas keagungan-Mu
Sebagai saksi abadi, atas keesaan-Mu
dan
Sebagai kabar berita bagi manusia
Bahwa tak satu pun ada
Yang menandingi dan menyekutui-Mu

X
Bekalku memang masih sedikit
Sedang aku belum melihat tujuanku
Apakah aku meratapi nasibku
Karena bekalku yang masih kurang
Atau karena jauh di jalan yang ‘kan kutempuh
Apakah Engkau akan membakarku
O, tujuan hidupku
Di mana lagi tumpuan harapanku pada-Mu
Kepada siapa lagi aku mengadu?

XI
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa dengan-Mu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakan
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki

XII
Ya Tuhan, lenganku telah patah
Aku merasa penderitaan yang hebat atas segala
yang telah menimpaku
Aku akan menghadapi segala penderitaan itu dengan sabar
Namun aku masih bertanya-tanya
Dan mencari-cari jawabannya
Apakah Engkau ridha akan aku
Ya, Ya Allah
O Tuhan, inilah yang selalu mengganggu langit pikiranku

XIII
Ya Allah
Aku berlindung pada Engkau
Dari hal-hal yang memalingkan aku dari Engkau
Dan dari setiap hambatan
Yang akan menghalangi Engkau
Dari aku

XIV
Ya Illahi Rabbi
Malam telah berlalu
Dan siang datang menghampiri
Oh andaikan malam selalu datang
Tentu aku akan bahagia
Demi keagungan-Mu
Walau Kau tolak aku mengetuk pintu-Mu
Aku akan tetap menanti di depannya
Karena hatiku telah terpaut pada-Mu

XV
Tuhanku
Tenggelamkan diriku ke dalam lautan
Keikhlasan mencintai-M
Hingga tak ada sesuatu yang menyibukkanku
Selain berdzikir kepada-Mu

Minggu, 02 Maret 2014

SAJAK "KUCING"

KUCING (Sutardji Calzoum Bachri) ngiau! Kucing dalam darah dia menderas lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber gegas lewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan harimau bu kan singa bukan hiena bukan leopar dia macam kucing bukan kucing tapi kucing ngiau dia lapar dia merambah rimba af rikaku dengan cakarnya dengan amuknya dia meraung dia mengerang jangan beri daging dia tak mau daging Jesus jangan beri roti dia tak mau roti ngiau ku cing meronta dalam darahku meraung merambah barah darahku dia lapar 0 a langkah lapar ngiau berapa juta hari dia tak makan berapa ribu waktu dia tak kenyang berapa juta lapar lapar ku cingku berapa abad dia mencari menca kar menunggu tuhan mencipta kucingku tanpa mauku dan sekarang dia meraung mencariMu dia lapar jangan beri da ging jangan beri nasi tuhan mencipta nya tanpa setahuku dan kini dia minta tuhan sejemput saja untuk tenang seha ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang

Senin, 02 Agustus 2010

Prolog 1 (Puisi)



Kebanyakan orang menganggap remeh sebuah karya yang berbentuk puisi. Mereka menganggap puisi hanya sebagai alat untuk mengekspresikan sifat cengeng seseorang. Keahlian seseorang dalam membuat puisi adalah gambaran bahwa seseorang itu tidak memiliki keahlian yang lain. Keahlian yang menurut sebagian orang sebagai sesuatu yang prestice. Keahlian yang bisa menghasilkan uang. Sementara, siapa yang mau membeli puisi?

Dulu, jika seseorang sedang patah hati, frustasi, jatuh cinta, mereka menggunakan puisi untuk menghibur duka lara mereka atau untuk mengutarakan perasaan cinta mereka kepada seseorang. Tetapi sekarang, banyak aktivitas yang bisa mereka lakukan ketimbang hanya membaca puisi. Di mana-mana telah berdiri tempat-tempat hiburan seperti mall, dll. Mereka lebih suka pergi ke sana untuk menetralisir perasaan mereka. Mereka lebih memilih cara konsumtif untuk menghilangkan segala gundah gulana yang melanda hati mereka.

Tapi, bagi saya dan mungkin anda yang mencinta puisi, apapun yang hadir di sekeliling anda, tak akan pernah bisa menggantikan kedudukan puisi di hati anda. Puisi adalah sesuatu yang indah, penuh kebajikan, penuh kebebasan. Bukankah kita selalu ingin bebas, lepas dari tekanan siapapun? Puisi memiliki bahasa universal yang bisa kita pakai tanpa kita perlu merasa takut.

Mari, kita ekspresikan diri kita, kita ciptakan kedamaian, kita ciptakan harmonisasi dunia dengan puisi.

Sabtu, 31 Juli 2010


Samagaha
Penulis : Nia


Basa hate nyawang salira, aya hujan ngaguguntur. Malidkeun rupaning rasa, ngabedah runtah amarah nu teu weleh nyaliara sabada salira cidra udar subaya. Masih keneh atra wakca salira ngedalkeun sagala rasa ditungtungan ku kecap hampura teu wasa nuluykeun talimeng rasa. Naha, kuring tumanya. Salira kemba, teu nyoara. Kahemeng mingkin rosa minuhan dada. Kuring maksa sangkan salira kedal ucap, ngebrehkeun lalangse nu jadi sabab kudu paturay.

Samagaha hate kuring, samagaha jiwa kuring. Sumoreang kakalayangan neangan pamuntangan. Salira wakca aya hate nu leuwih raheut mun urang pasini mageuhkeun asih. Hate nu teu weleh mirig salira ku pangdua, hate nu wening nu moal weleh mitresna salira sanajan jaman nungtungan. Hate nu miharep salira nyanding bagja, metik kembang katresna. Tapi naha lain kuring, sempalan hate salira? Saha atuh inyana teh? ku harianeun meunggaskeun tangkal harepan, muragkeun kembang nu ligar di palataran rasa urang, Nyingkirkeun srangenge nu moncorong nyaangan kedeudeuh urang, kasilih ku samagaha nu mongkleng, masieup hate nu gudawang.

Dina wirahma nu kacida antare, salira nyoara dumareuda. Lamun lain indung nu ngandung, tangtu salira bisa pundung nyingkahan kasugri ati. Lamun lain indung nu daria menta, tangtu salira tiasa baha, nampik kapalay anjeuna. Tapi salira teu bisa kumaha, narah mun kedah doraka. Nyilakakeun jiwa katut raga salawasna, sapapaosna.

Samagaha mingkin leleb, moekan hete nu kingkin. Marudah ku amarah, marojengja ku rasa kuciwa. Batin balilihan, jumerit maratan langit. Duriat nu mimiti mangkak kapaksa kudu muguran di tengah jalan. Kuring teu bisa nyoara, teu bisa ngebrehkeun galura hate nu samagaha. Ukur cimata nu mimiti nyakclakan, mirig samagaha nu nyaliara. Purnama teh ukur impian nu moal kungsi kasorang. Lambaran carita hate urang mimiti soeh, pejet dijejewet ku kanyeri nu beuki anteb neuleuman talaga rasa.

Salira amitan, carinakdak nyugri karempan negeskeun kapeurih nu sarua. Keur panungtungan urang patarema panangan, seja diajar mulasara asih dina wanda nu lian. Lain asih nu kamari endah, lain cinta nu baheula nyata, tapi asih nu beresih dina tali duduluran. Naha bisa, naha sanggup ngarobah rasa? Sedeng hate mingkin samagaha.