Sabtu, 31 Juli 2010

MEDEKA DALAM PEMBODOHAN


MEDEKA DALAM PEMBODOHAN





Hari ini satu kasta tlah kurengkuh

Dalam kabut darah serta derai air mata…

Hari ini semua cermin menunduk padanya dalam setiap analoagi Perjuangan



Memarjinalisasikan sejenak, rasa cinta dan jiwa…

Dalam merah dan putih …



Amarah mereka masih terngiang dikepala …

Takala Golok, arit, dan babu runcing mereka hunuskan.

“Berteriaklah anak cucu ku …

Cukup hanya satu kata MERDEKA……



Esok hari ….

Kau kan termenung dalam bahasa dan gaung cinta ..

Lengkap dengan barisan kavaleri jiwa ..

Mengajakmu untuk berjuang Sereta bercengkrama dengan darah

Dan Bau mesiu, Bahkan bercumbu dengan air mata.



Tundukan egomu..

Henyapkan sukmamu …

karna … sebentar pun kau terLungkup …

dengan hujam bom dan jilatan-jilatan peluru

memintamu sedikt rela akan kehilangan darah

memintamu sedikit manja untuk setetes air mata …



hanya bisa meranalogi dalam mutualisme dari garis hirarki manusia

menonjolkan sisi murka

dari satu naskah kehidupan …





lolongan-lolongan srigala besi ..

takkan membuat kami menciut

bisikan-bisikan peluru takbisa membuat kami merengek

karna kami satu dalam darah dan keringat cinta



tertanam sudah dalam mata dan nafsu kami

bahwasanya Kita tercipta untuk bercengkrama dalam wahana kehidupan

memerdekanan jiwa dan raga kita pada tanah yang kita pijak



Kaum hawa…….!

Mungkin hanya bisa berdoa…..

Dalam tangan melaui batas jiwa mereka

“Bahwasanya …. Ijinkan aku ….

Hanya untuk hari ini ….

Biarkan rajaku pulang …

Rindu aku dengan bisik dan gombal….!”



Aku….. tertunduk padamu tuhan ….

Ijinkan .. hanya untuk hari ini …

Aku ingin bercinta …

Tanpa peduli ranjang dan tanah,….!

Aku kan memaksa untuk bersolek …

Hanya menunggu pujaanku ….

Dari medan perang sana ….

Walau dengan diiringi tandu dan gugur bunga



Aku percaya. ..

Indonesia tak sebodoh yang ku kira …

Bukti mereka kan tetap ada walau saat ini

Kita berperang dalam wahana baru

Dalam spirit baru…

Dalam kedok baru…

Dalam raga baru …Tapi sama dalam jiwa

Aku percaya pada hakekatnya

Manusia tercipta karna cinta…sayang serta jiwa damai



Dengan roda dan gerak besi

Memaksa menguak alam…..

Mereka merangkak dalam setiap transisi jaman

Meraka siap …..

Mendongkak kepala dan menjelma seperti pendahulu-pendahulu kita

Berjuang dalam nada, rasa, serta pelangi-pelangi manusia



Analogi ku terpaksa ku buat

Karna jengah sudah aku dengan sampah….

Yang terpaksa kucium baunya setiap hari …

Halayak hari ini terbuangkam lah aku …

Dengan seonggok Koran kubaca…

Lengkap dengan berita-berita pembodohan manusia

Hari ini satu program multimedia tlah kucerna

Lengkap dengan kebohongan dalam rengkuh manusia

Mutilasi-mutilasi kebodohan mereka selipkan dalam huruf-huruf nyata…

Memaksa kita untuk mencerna dalam derai air mata …

Nistanya aku…..

Tatkala kebodohan untuk masa depan bangsa mereka cerna …

Apa nanti kata pejuang kita di alam nirwana …

Siapkah kita mencerna cai-maki mereka …

Sipkah kita menunduk dengan bait-bait kebodohan



Indonesiaku …

Matamu akan selalu terbuka …

Mulutmu akan selalu menga’nga

Dalam lindung Garuda Indonesia

Terkepal tanpa terbata-bata…

Paksalah mereka untuk sadar

Bahwasanya kita sudah 62 tahun

Mengibarkan Bendera kita dalam badai dan naung airmata



Tuhan izinkan aku untuk bangun esok hari …..

Hanya dalam kecap nada ….

Aku kan teriak MERDEKA …

Untuk mereka dan jiwa-jiwa yang terlunta



Walau nanti 62 tahun kedepan ….

Dalam gugus arca-arca dan tugu-tugu penghormatan …..

Aku tetap akan bersolek untuk mereka

Karna pasti ……

Esok hari kita akan merdeka ….

Lengkap dengan hati yang terjajah dalam bisik dan teriak murka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar